Kamis, 18 Juni 2009

Selingkuh: Selingan Indah Keluarga Utuh?

Selingkuh: Selingan Indah Keluarga Utuh?
Astuti - Osaka

Saya menulis ini sambil mendengarkan lagu Ebiet tentang selingkuh, agar bisa membayangkan dan meresapi indahnya perselingkuhan, lho kok? Bekerja pada dunia yang disekelilingnya para pria di kota metropolitan, seringkali membuat terkaget kaget. Rekanku dengan mata berbinar binar dan senyum jail sering menggoda dan menceritakan betapa indahnya perselingkuhan yang dilakukannya, semakin kita responsive menolak semakin pula dia bersemangat melakukan pembenaran. Betapa tidak, selingkuh itu gak perlu modal, tidak perlu ikatan, asal sama sama mau maka terjadilah.

Seperti mencuri mangga tetangga terasa lebih nikmat daripada membeli sendiri, begitu barangkali perumpamaannya. Ada rasa takut ketahuan tetapi nikmat, menaikkan adrenalin dalam tubuh, merasa diperhatikan, ada rasa takut kehilangan meski telah mempunyai pasangan resmi di rumah. Aneh? Tidak juga. Apakah ini fenomena sosial yang terjadi di kota besar?

Mengapa Terjadi Perselingkuhan

Selingkuh tidak hanya terjadi di kota besar, bukan monopli orang di perkotaan saja. Mbak Narti dan Kang Marjo juga bisa selingkuh, Cuma saja jika di desa hal ini mudah ketahuan, karena kontrol sosial masyarakat desa masih lebih kuat dibandingkan perkotaan, oleh karena itu akan menjadi berita heboh dan hukumannya, pengucilan dari pergaulan masyarakat juga lebih pedih. Walau sebetulnya yang menghukum barangkali juga ingin merasakan indahnya berselingkuh.

Siapa mengira ketika janji hidup bersama diucapkan, saat kedua pasang mata berpandangan mesra, kelak selingkuh akan menghinggapi pernikahan. Selingkuh boleh didefinisikan secara ngawur sebagai melakukan dua kegiatan secara bersamaan. Saya sedang berselingkuh dengan pekerjaan ketika meminimize KoKi di sudut kompie misalnya. Kalau selingkuh yang saya maksud dalam artikel ini jelas sudah, melakukan hubungan mesra dengan seseorang, ketika masih memiliki pasangan resmi, jangan artikan hubungan mesra hanya karena sex saja.

Kadang perselingkuhan berawal karena faktor kedekatan, perhatian yang entah mengapa kini tak hadir dalam kehidupan pernikahan. Sebagai contoh saja, dalam perjalanan naik KRL yang padat dari JABODETABEK, setiap pagi mereka bertemu di gerbong kereta selama bertahun tahun. Bangku selalu tersedia untuk rekan seperjalanan, bercanda, bercerita tentang segala, demikian selama bertahun tahun, sama dekatnya perasaan hati dengan pasangan di rumah, paralel. Apalagi saat berangkat kerja, hem…. rapi dan wangi. Wah membaca artikel ini barangkali saya akan ditimpuk oleh komuter di Jakarta bila bertemu di gerbong KRL AC di pagi hari.

Atau pergaulan di luar rumah, misal di tempat kerja, lagi lagi di sela pekerjaan, ataupun di mana saja. Apalagi dengan adanya teknologi komunikasi yang kian canggih. Dari sekedar perkenalan di dunia maya, merasa cocok dalam bertegur sapa, diteruskan dengan saling menukar alamat, kemudian bertukar nomor telp. Dan lanjuuuut copy darat.

Merasa lucu saja mendengarkan celoteh ibu ibu saat arisan di kompleks perumahan, mereka melarang para suami untuk mengajak rekan kerja semobil, karena jika hanya ada dua orang maka yang ketiga pastilah setan yang menemani, demikian katanya. Lha kalau memang ada niat apa sih yang gak mungkin? Apalagi kalau memang dasarnya thukmis, gak tahan lihat bathuk klimis.

Selingan Indah Dalam Pernikahan?

Adalah hal yang manusiawi jika pasangan yang kita miliki tidak sesempurna yang kita inginkan, sudah baik, bertanggung jawab, sayang keluarga, eeh sayang .... kurang ganteng atau tidak secantik Dewi Sandra misalnya. Atau sudah memenuhi 75% kriteria tetapi kok kurang perhatian, yang didahulukan selalu urusan pekerjaan, seperti yang sering diprotes oleh pasangan. ”Bisa gak sih kalau di rumah jangan bicara soal pekerjaan?” Kemana kekurangan yang 25% itu dicari? Hal ini kadang kadang dapat ditemukan di luar. Sama sama kekurangan 25%, ketemu, kloplah sudah.

Andai saja menyadari kekurangan itu dan berusaha untuk mencukupinya barangkali perselingkuhan tidak terjadi. Kadang pasangan terlalu malas untuk mengevaluasi hubungan yang telah berlangsung lama, dianggapnya semua running well, aman terkendali. Monoton, barangkali adalah kata yang tepat, memicu kejenuhan, selalu bermain dengan ”irama keroncong” sementara ”musik bossas”, ”jazz” di luar lebih menggairahkan. Nah mengapa tidak memainkan jenis musik seperti ini di rumah sendiri? Sehingga tidak perlu mencari di luar?

Menjadi seorang wanita memang kadang tidak mudah, terlalu banyak tuntutan, kadang dituntut berperan seperti domba yang lembut di rumah tetapi menjadi seganas macan di tempat tidur, cape deh. Kadang meskipun sudah sedemikian rupa ada juga yang pasangannya tetap selingkuh. Lebih cape lagi.

Dalam menghadapi pasangan yang berselingkuh kadang seorang wanita sudah pasrah karena sudah tidak bisa berbuat apa apa, dan mengatakan, yang penting tidak dinikah saja. Perlu berpikir jernih dan berupaya agar sang belahan jiwa tidak membelah jiwanya dengan yang lain, meski seumpama menggenggam sebutir telur ayam, barangkali telur tersebut sudah matang karena panasnya hati. Berupaya mengembalikan apa yang telah dimilikinya, meski setelah sang belahan jiwa kemabali rasa wasawas tetap menghinggapi. Was was yang tak berujung. Jika sudah demikian alih alih tujuan tercapai, yang ada malah sang belahan jiwa semakin terbang jauh dari sangkarnya.

Tidak Selalu Sex

Sebaris lirik mampir di telinga, mungkin bisa menggambarkan sebuah hubungan dalam perselingkuhan: ”Apakah ada bedanya ketika kita bertemu dan ketika saat berpisah sama sama nikmat, tinggal bagaimana kita menghayati di belahan jiwa yang mana kita sembunyikan dada yang terluka, duka yang tersayat, rasa yang terluka, .........aku tak peduli........”

Sebuah hati bagaikan ruangan, bisa dibuat sempit dan bisa juga seluas lapangan bola, tinggal bagaimana kita mengaturnya. Boleh saja seorang pasangan memiliki seluruh tubuh dan perhatian pasangannya, tetapi siapa yang bisa menghalangi bila di dalam kamar hati yang luas itu disembunyikan sebuah bilik istimewa tempat menyimpan perhatian dari sang selingkuhan bukan?

Sebuah perselingkuhan tidak selalu disebabkan karena sex, tetapi suatu kebutuhan yang tidak ditemui dari pasangannya. Selingkuh hati. Ini jauh lebih berat karena perasaan sehati, sama sama merasa membutuhkan, jiwa terasa menjadi lebih indah bernyanyi karena ada orang lain yang memperhatikan, merasa kehilangan bila tak menyapa. Adanya suatu kebutuhan, keharusan untuk menyampaikan apapun yang dirasakan, karena pasangan sudah tidak punya waktu untuk mendengarkan lagi. Atau adanya suatu perasaan disappoint, rasa kecewa tidak menyukai sesuatu dari pasangan, tetapi tidak berani dan tidak berdaya karena superioritas pasangan.

Perlu Dua Pihak

Selingkuh jelas memerlukan kontribusi dari kedua belah pihak. Berawal dari ketidak puasan, perasaan tak berdaya menghadapi pasangan, adanya kesempatan dan bertemunya dua kutub magnet hati. Bukan hanya pria saja yang memegang kendali, tetapi wanita juga memberi peluang untuk berselingkuh.

Di kota besar dimana kontrol sosial hampir tidak ada, maka probabilitasnya menjadi besar. Apalagi suasana yang memungkinkan, selingkuh seperti sebuah oasis di tengah kegalauan hati, sepi di tengah keramaian. Tak jarang terbawa mimpi saat berhubungan intim dengan pasangan, pikiran melayang membayangkan kekasih hati.

Ogah Rugi

Tidak dapat dipungkiri selingkuh memang indah bagi yang merasakannya, memiliki hati yang bercabang, ada rasa harap harap cemas, membuat gairah meledak di dada. Merasa muda kembali, serasa memiliki kekasih baru. Tetapi coba tanyakan kepada yang berselingkuh, maukah mereka mengorbankan keluarga untuk selingkuhannya? No way, tak seorangpun!! Jarang sekali mereka mau melepas keluarga yang telah dimilikinya dan menukarnya dengan selingkuhan. Terlalu lelah untuk memulai dari awal. Lagi pula tidak ada rasa greng lagi, bukankah yang ingin dirasakan adalah ”mangga curian?”, apa enaknya bila sudah terhidang dengan mudah, karena rasa mencurinya itu yang nikmat. Barangkali hubungan yang absurd itu yang dicari, mencari pelengkap, tapi jangan berharap lebih.

Huuuuu…… aku selingkuh…..huuuu dari bayanganmu, suara lembut Ebiet masih mendendangkan lagu tentang selingkuh. Berselingkuh? Apa yag kau cari?

Tidak ada komentar: